Senin, 07 Januari 2008

KONSEP PENDIDIKAN MENURUT BURHANUDDIN AZ-ZARNUJI

KONSEP PENDIDIKAN MENURUT BURHANUDDIN AZ-ZARNUJI

(Pengarang Kitab Ta’lim al-muta’allim)

Oleh:

Ansur Arsyad[1]

A. Pendahuluan

              Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, oleh karenanya kemajuan suatu bangsa dan kemajuan pendidikan adalah suatu determinasi, kemajuan beberapa negara di dunia ini merupakan akibat perhatian mereka yang besar dalam mengelolah sektor pendidikan. Namun tidak jarang pendidikan itu sendiri senantiasa diwarnai oleh berbagai permasalahan yang tentunya tidak habis-habisnya, hal ini disamping karena adanya perubahan orientasi dan tuntutan kehidupan umat manusia juga karena kemajuan teknologi.
              Ketika masalah pendidikan telah dipecahkan atau diselasaikan, maka akan timbul lagi masalah pendidikan yang baru dengan bobot dan volume yang berbeda dengan masalah yang sebelumnya.
              Dengan kondisi tersebut maka muncul pemerhati atau pecinta pendidikan untuk menawarkan solusinya yang dianggap paling tepat. Solusi tersebut terkadang  menunjukkan hasil yang membanggakan, dan terkadang hanya berjalan di tempat, atau semakin menambah beban permasalahan.
              Dalam dunia pendidikan Islam, kosep-konsep pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan akan banyak ditemukan, mulai dari konsep-konsep yang klasik sampai sifatnya kontemporer, mulai dari tingkatan kegiatan pendidikan yang dasar sampai tingkat perguruan tinggi, semua itu dilakukan karena ingin melihat masyarakat Islam itu tumbuh dan berkembang secara sempurnah (menjadi insan kamil). Islam sebagai salah satu agama yang memberikan spirit bagi persolan ini menjadi pemicu kenapa tokoh-tokoh pendidikan memberikan kosep tentang pendidikan, khususnya pendidikan agam Islam, sehingga apa yang di tetapkannya itu baik berupa kurikulum, tujuan, guru, metode maupun yang lainnya selalu berdasar dan selalu disandarkan pada misi ajaran agama tersebut. 
              Kalau kita melirik sejarah peradaban ummat Islam maka akan ditemukan bahwa memang betul bahwa pendidikan Islam pernah mengalami kemajuan pada masa kejayaan Islam, namun hal itu bukan berarti bahwa pendidikan Islam itu terhenti pada masa itu saja, pendidikan Islam akan mengalami regenerasi yang di harapkan mampu menandingi  lagi kemajuan pendidikan yang pernah dicapai sebelumnya. Walaupun sekarang dunia pendidikan Islam mengalami kemundurun jika dibandingkan dengan dunia pendidikan non Islam. Tapi bukan berarti bahwa kejayaan dunia pendidikan tidak bisa lagi dicapai, yang terpenting sekarang adalah kemauan, bukankah Islam memiliki kosep tetang pendidikan yang sangat menggelobal.
              Dengan demikian bertolak dari persolan tersebut maka dalam tulisan ini akan diuraikan kembali konsep-konsep pendidikan yang di kemukakan oleh tokoh pendidikan Islam, Salah satunya yaitu Seykh Burhanuddin Az-Zarnuji (Pengarang Kitab Ta’lim al-muta’allim). 
              Tulisan ini lebih jelasnya menguraikan konsep pendidikan Az-Zarnuji secara global kemudian di analisis dan pendekatan kontempoter sehingga di harapkan mampu memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan. 
B. Biografi Burhanuddin Az-Zarnuji
Nama lengkapnya adalah Burhanuddin Al-Islam Az-Zarnuji, diklangan para ulama belum ada kepastian mengenai tanggal kelahirannya, akan tetapi mengenai kewafatannya terdapat dua pendapat, pertama mengatakan bahwa beliau wafat pada tahun 591 H/1195 M, dan pendapat yang kedua yaitu bahwa beliau wafat pada tahun 840 H/ 1243 H, di samping kedua pendapat tersebut terdapat pula keterangan bahwa Burhanuddin Al- Islam Az-Zarnuji hidup semasa dengan Rida ad-Din an-Naisaburi yang hidup antara tahun 500-600 H, atau abad ke-6 Hijrah bersamaan abad ke-12 Masihi.
Begitu juga tidak ada kejalasan secara pasti tempat kelahirannya, akan tetapi dilihat dari nasabnya, yaitu Az-Zarnuji berasal dari Zaradj atau yang kini dikenal dengan nama Afganistan.
Mengenai riwayat pendidikannya dapat diketahui bahwa Az-Zarnuji menuntut ilmu di Bukhara dan Samarkand, yaitu kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan pada saat itu. Dan yang menajdi guru beliau di sana di antaranya Burhanuddin al-Marginani, Syamsuddin Abd al-Wajdi Muhammad bin Muhammad bin Abd as-Sattar al-Amidi, selain itu juga beliau juga belajar kepada Ruknuddin al-Firginani (seorang ahli fiqh, sastarawan, dan penyair) yang wafat tahun 594 H/ 1196 M, Hammad bin Ibrahim (Seorang ahli kalam, sastrawan dan penyair) wafat tahun 594 H/ 1170 M, dan Ruk Al-Islam Muhaamd bin Abi Bakar atau yang dikenal dengan nama Khawahir Zada ( Mufti Bukhara dan ahli fiqh ) yang wafat tahun 573 H/ 1177 M. dan lain sebagianya.[2]
Dengan demikian dapat diketahui bahwa Az-Zarnuji bukan hanya ahli dalam bidang pendidikan tapi juga unggul dalam dunia fiqh, tasawwf, sastra dan ilmu kalam.  
Tetapi beliau ini hanya tersohor dalam dunia pendidikan, maka jadilah sebagai seorang ilmuwan Arab Islam yang handal dalam bidang pendidikan. Banyak karya yang pernah ia buat dan sangat mewarnai dunia pendidikan Islam sampai saat ini diantara kitabnya yang terkenal yang banyak di pergunakan dan diamalkan isinya adalah “Ta’lim al-muta’allim”.
C. Kondisi Pendidikan  Pada Zaman Az-Zarnuji  
Dalam sejarah Islam maka terdapat 5 (lima) tahap pertumbuhan dan perkembangan dunia pendidikan Islam. Pertama, pendidikan masa Rasulullah SAW (571-632 H). Kedua, masa Khulafaur Rasyidin (632-611 M). Ketiga masa Bani Umayyah di Damsyik (661-750 M). Keempat masa kekuasaan Abbsiyah di Bagdad (750-1250 M ) dan Kelima pada masa jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad (1250 - sekarang).[3]
Dari kelima pase tersebut Az-Zarnuji hidup seekitar abad 12 (591-640 H/ 195-1243 M), yaitu pada masa/priode ke empat dari pada pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam. Dalam catatan sejarah priode ini adalah priode kejayaan dan keeamasan peradaban Islam pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang begitu pesat yang ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi, diantaranya lembaga pendidikan tersesebut adalah Nizham Al-Mulk (457 H/106 M), madrasah An-Nuriyah al-Kubra yang didirikan oleh Nuruddin Mahmud Zanki pada tahun 563 H/1167 M di Damaskus, Madrasah Al-Mustansiriyah yang didrikan oleh Khalifah Abbasiyah Al-Mustansir Billah di Bagdad tahun 631 H/ 1234 M, dan sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas yang mencukupi pada masanya.[4] Dengan demikian dapat ketahui bahwa Az-Zarnuji hidup dalam lingkungan yang memang bernuasa pendidikan yang mencukupi untuk membuat ia seoarang tokoh pendidikan sepanjang sejarah.

D. Konsep Pendidikan Az-Zarnuji

Pendidikan dalam Islam memiliki makna sentral dan berarti proses pencerdasan secara utuh, as a whole, dalam rangka mencapai Sa’adatuddarain, kebagiaan dunia akhirat, atau keimbangan meteri dan religiuous-spiritual. Salah satu ajaran dasar Nabi adalah intelektualisasi total, yakni proses penyadaran kepada umat dalam berbagai dimensi kehidupan (Wajadilhum billati hia ahsan : Qur’an, 16: 125 )

Di dalam karangan Az-Zarnuji yang terkenal “Ta’lim al-muta’allim” Terdapat beberapa monumental yang sangat mendalam yang diuraikan secara rinci muli dari pada konsep memulai belajar sampai kepada indikator-indikatir yang yang menggiring seseorang berhasil dalam menuntut ilmu. Kansep-konsep yang di tawarkan Az-Zarnuji sangat berperan dalam kemajuan dunia pendidikan khsusnya pendidikan Islam, walaupun hal-hal tersebut ada yang tidak relevan dengan kondisi dan situasi sekarang. Untuk lebih jelasnya menganai konsep atau pemikiaran Az-Zarnuji tentang pendidikan tersebut akan di jelaskan sebagai berikut :

1. Pengklasifikasian Ilmu

Sesuai dengan hadis Nabi SAW yang mengatakan bahwa ”Menuntut ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimah” maka secara garis besar syekh Az-Zarnuji menganjurkan agar kiranya setiap individu selalu dan senantiasa menuntut ilmu tanpa terkecuali, akan tetapi walaupun demikian Az-Zarnuji secara garis besar mengklasifikasikan hukum mempelajari ilmu tersebut, sehingga dalam hal ini ada 2 penjelasan Az-Zarnuji tentang persolan ini, dan tentunya hal tersebut di lihatnya dalam berbagai aspek.

Pertama, ilmu yang sifatnya fardu ‘Ain, yaitu ilmu-ilmu yang setiap muslim-muslimah secara individu wajib mempelajarinya dan menguasainya, dan tidak dapat diperwakilkan oleh siapa pun juga kecuali dirinya sendiri, dalam kaitannya dengan hal ini maka barang siapa yang tidak mengerjakanya atau mempelajarinya berarti telah berdosa pada sang pencipta tuhan yang maha esa. Ilmu-ilmu yang dianggap fardu ‘Ain tersebut oleh Az-Zarnuji adalah seperti Ilmu fiqh dan ilmu ushul (dasar-dasar agama). Atau dengan kata lain seluruh yang ada hubungannya dengan ihwal manusia dan kewajiban-kewajiban dalam kesehariannya maka wajib hukumnya mempelajarinya, mislanya, sholat, teori-teori bekerja dan bermasyarakat dan lain sebagainya. Sebagaimana dikatakan bahwa ilmu yang lebih utama adalah ilmu yang akan di amlkan.

Kedua, ilmu yang sifatnya fardu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang stiap Islam tidak di wajibkan secara individu, jika suda ada seseorang yang mempelajarinya berarti kewajiban bagi muslim dan muslimah yang lain telah gugur, akan tetapi jika tidak ada yang mempelajarinya atau menguasainya berarti seluruh muslimin dan muslimah dalam wilayah (komunitas) tersebut telah melalaikan kewajiban. Ilmu-ilmu tersebut diantaranya adalah ilmu pengobatan, ilmu astronomni dan Georafis dan sebagainya.

2. Tujuan dan niat belajar

Mengenai tujuan dan niat belajar, maka hal itu adalah wajib pada masa-masa menuntut ilmu, kerena merupakan dasar pokok dalam segala hal, berdasarkan sabda Nabi “ Sesunggunya amal itu hanyalah dengan niat, dan seseorang mendapat pahala tergantung dari niatnya’. (hadist shahih) disamping itu juga Rasulullah pernah menyinggung bahwa di dunia ini banyak amal yang wujudnya menyerupai amal dunia tetapi sebenarnya merupakan amal akhirat karena bagusnya niat, begitu juga sebaliknya ada amal akhirat tapi jadinya amal dunia semata karena jeleknya niat. Maka Az-Zarnuji beranggapan bahwa niat yang benar dalam belajar adalah apa yang di tujunjukkan untuk mencari keridhoaan Allah SWT, memperoleh kebahagiaan dunia akhirat, berusaha memerangi kebodohan pada diri sendiri dan orang lain, mengembangkan dan melestarikan ajaran Islam serta mensukuri nikmat Allah SWT.

Lebih tegasnya di ungkapkan bahwa agar setiap orang yang hendak mencari ilmu atau menuntut ilmu jangan sampai keliru dalam menentukan niat dalam belajar, misalnya belajar yang diniatkan untuk mencari pengaruh, popularitas, mendapatkan kebahagiaan dunia atau kehormatan serta kedudukan tertntu, dan sebagainya. Tetapi bukan berarti bahwa manusia itu tidak beloh mengejar kenikmatan yang sifatnya duniawi.

3. Memilih ilmu, guru dan teman dalam belajar

Az-Zarnuji menegaskan bahwa bagi seseorag yang menuntut ilmu hendaknya memilih ilmu yang lebih baik dan ilmu yang sedang dibutuhkan dalam urusan agama dan dibutuhkan di masa-masa akan datang.

Adapun dalam hal pemilihan seorang guru sebagai pembimbing kita, maka sebaiknya memilih orang yang lebih alim (pandai),wara (menjaga harga diri) dan lebih tua.

Disamping itu juga bahwa sebagai penuntut ilmu (peserta didik) hendaknya selalu tabah dan sabar pada sorang guru dan satu kitab, sehingga tidak akan meninggalkannya agar dapat berhasil dengan sempurna serta tidak beralih dari bidang ke bidang yang lainnya sebelum benar-benar memahaminya.

Adapun dalam persoalan memilih teman, karena teman juga sangat memberikan efek pada kehidupan penuntut ilmu (peserta didik), maka pilihlah sorang yang rajin, wira’i (memelihara diri dari yang haram), bertabiat benar, dan saling pengertian, jauhilah teman yang malas, banyak bicara, perusak dan tukang fitnah.

4. Memuliakan ilmu

Penuntut ilmu tidak akan dapat merih ilmu dan memanfaatkan ilmuanya kecuali dengan menghormati ilmu itu sendiri, dan salah satu cara untuk menghormati ilmu tersebut adalah menghormati para guru (yang mengajarkan ilmu), dan termasuk cara menghormati guru menurut Imam Az-zarnuji adalah tidak berjalan di depannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak mendahului pembicaraan gurunya, tanpa seizinnya, tidak bertanya suatu yang membosankannnya, tidak banyak bicara di depan guruya, harus mejaga waktu dan tidak mengetuk-ngetuk pintunya, tetapi bersabarlah hingga ia keluar, kesimpulannya bahwa seorang murid harus berusaha mendapat ridhohnya, menghindari kemurkaanya dan patuh kepadanya selain dalam perbuatan maksiat kepada Allah SWT.[5]

Lebih fundamentalis lagi di katakan ooleh Az- Zarnuji bahwa menghormati guru salah satunya juag menghormati anak-naknya dan orang yang mempunyai hubungan dengannya.

5. Tekun, kontinuitas dan minat dalam belajar

Dalam pencarian ilmu menurut Az-Zarnuji bahwa haruslah bersungguh-sungguh, kontinu dan tidak kenal berhenti dalam belajar, karena dengan bersungguh-sungguh akan dapat mendekatkan segala perkara yang jauh dan dapat membukakan segala pintu yang tertutup, menuntut ilmu memang harus melalui yang namanya susah, harta benda saja tidak akan didapatkan tanpa susah payah apalagi dalam hal ini ilmu yang tentunya sangat jauh mulianya dibanding dengan harta.

Rutin dalam belajar juga sangat membantu dalam pencapain kesuksesan dalam ilmu, karena hanya dengan rutin ilmu tesebut akan tertanam dan berkembang. Disamping juga bahwa peserta didik tidak boleh memaksakan diri dalam belajar, atau dengan kata lain harus sesuai dengan minatnya sendiri, sehingga penyerapan pelajaran pun akan mudah terjadi.

6. Ukuran dan tata tertib belajar

Adapun ukuran belajar yang di kemukakan oleh Az-Zarnuji yaitu pada tahap awal atau dasar, yaitu sesuatu yang kira-kira dapat dikuasai dengan mengulangnginya dua kali, atau dengan kata lain bahwa materi pelajaran yang disodorkan pada peserta didik haruslah yang mendasar terlebih dahulu sebelum melangkah ke persolan yang lebih rumit sehingga pemahaman perserta didik terstruktur.

Cara belajar yang ditekankan oleh Az-Zarnuji yaitu hapalan sebagaimana orang-orang-orang dahulu yang mengandalkan hapalan sekaligus memahami hapalan tersebut. Dalam hal penerimaan materi pelajaran tidak dibenarkan peserta didik menulis sesuatu pelajaran yang mana ia tidak memahaminya karena hal itu hanyalah perkara buang-buang waktu saja, menghilangkan kecerdasan dan mengakibatkan tumpul otak.[6] Dengan demikian maka Az-Zarnuji menyarankan agar kiranya peseta didik itu serius menerima keterangan para guru hingga benar-benar paham, karena faham itu lebih baik darpada hapalan yang banyak.

Disamping itu juga bahwa setiap penuntut ilmu (peserta didik) agar selalu membawa alat-alat pelajaran (buku dan pena misalnya). Karena hal itu sangat membantu dalam pencapaian tujuan yang ingin dicapainya.

Selain metode pengulangan terhadap materi pelajaran agar kiranya paham, dianjurkan juga bahwa setiap penuntut ilmu itu saling berdialog dan berdiskusi serta bertukar fikiran dengan teman-temannya, atau dengan istilah lain ”munazarah’. Sebenarnya faedahnya munazarah itu lebih besar dari faedahnya yang semata-mata mengulang-ulang,[7] bahkan munazarah satu jam lebih baik dari mengulang-ulang satu bulan. Namun dalam perdebatan diskusi (istilah yang digunakan pemakalah) tersebut sebaiknya saling menghormati pandapat yang lain, dengan ketenangan hati, ikhlas dan berfikiran jernih serta tidak emosional. Berdiskusi adalah untuk memecahkan topik yang akan mewujudkan interpretasi dan menghasilkan konklusi yang benar, maka haruslah dilakukan dengan kejernihan berfikir dan ketenangan hati serta saling menghormati, dan juga bahwa tidak di benarkan berdiskusi memaksakan kehendak dan menjatuhkan orang lain serta berbicara berbelit-belit yang tanpa arah, diskusi yang benar hanyalah untuk mencari kebenaran.[8]

Penuntut ilmu itu baru boleh pindah ke bidang yang lain setelah menguasainya atau apa bila sudah merasa jenuh dengan suatu ilmu tersebut. Pendapat ini bahhkan semua pemikir pendidikan klasik sepakat dengan hal ini, karena itulah satu-satunya jalan untuk menghafal ilmu itu dengan sebaik-biknya, kalau dipercampurkan dengan ilmu lain yang lain, maka akan bersimpang siur hati pelajar untuk memikirkannya. Akhirnya pelajar itu tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari ilmu yang dipelajarinya, tetapi kalau pelajar memusatkan perhatiannya terhadap satu ilmu aja, maka akan mendapat hasil yang baik.

Akan tetapi pendapat ini kalau di kaji dalam konsep ke kinian maka akan didapati ketidak efektifan konsep tersebut, namun tentunya dalam hal ini masih relatif keabsahannya. Pakar pendidikan sekarang beranggapan bahwa mempelajari satu macam ilmu saja terus menerus siang dan malam akan membosankan hati murid-murid, makanya perlu ada pelajaran yang lain-lain, hal itu lebih menarik perhatian murid-murid (peserta didik).

7. Waktu belajara

Sebagaimana disinyalir hadis Nabi bahwa belajar itu tidak ada putusnya mulai dari ayunan sampai kepada liang lahat, adapun waktu yang lebih uatama dalam menuntut ilmu dan akan berhasil adalah masa permulaan remaja (ketika masih kecil), atau dalam keseharian yaitu pada waktu sahur dan antara magrib dan Isya.

8. Bersikap wara (Wira’i) di waktu belajar

Az-Zarnuji menganjurkan bahwa sekiranya bagi stiap penuntut ilmu itu bersikap wira’i, karena hanya dengan sikap wira’i ilmunya akan berguna, belajar menjadi mudah dan mendapatkan pengetahuan yang banyak, lebih tegasnyanya lagi di jelaskan bahwa diantara sikap wira’i tersebut yaitu menjauhkan diri dari golongan yang berbuat maksiat dan kerusakan, perut tidak terlalu kenyang, tidak banyak tidur dan tidak banyak bicara yang tidak ada gunanya, bahkan karena hati-hatinya Az-Zarnuji menganjurkan agar senantiasa menghindari dari makanan dari pasar, karena makanan pasar dikhwatirkan najis dan kotor.

E. Analisis Konsep Pendidikan Syekh Az-Zarnuji

Untuk lebih jelasnya mengenai konsep pendidikan Syekh Az-Zarnuji analisa berikut mungkin akan memperjelas pemahaman kita semua selama ini. aspek-aspek yang dianalisa dalam persoalan ini yaitu :

a. Aspek metode

Metode yang dikemukan oleh Az-Zarnuji dalam dunia pendidikan, dianalisa bahwa setidaknya ada 2 (dua) metode yang diperguanakan, yaitu pertama metode yang bersifat etik, dan kedua metode bersifat strategi. Metode yang sifatnya etik antara lain mencakup niat dalam belajar, sedangkan metode yang sifatnya tehnik strategi mencakup cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar.

b. Aspek guru

Ketika berbicara tentang aspek guru terlebih dahulu kita akan membicarakan tentang difinisi guru dalam pandangan Islam sama dengan teori barat, pendidik dalam Islam ialah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab tersebut adalah orang tua ( ayah dan ibu ) anak didik.[9]

Dalam hal menaksir peranan siterdidik banyak pandangan-pandangan, malah ada yang sangat ekstrim. Ada golongan guru atau pendidik yang terlalu menaksir rendah peranan dan ada pula yang menaksir terlalu tinggi. Mereka yang menaksir rendah menganggap bahwa sianak sama sekali tergantung “ nasibnya” kepada si pendidik. Mereka yang selalu menonjolkan diri sebagai pihak, “Penolong” atas segala-galanya terhadap anak.[10]

Syekh Az-Zarnuji membahas tentang guru memberikan tiga kualifikasi dasar seorang guru yaitu menguasai materi (pandai atau alim), memiliki keperibadian yang luhur (wara/menjaga harga diri), dan penuh kasih sayang ( Loving ) dalam mengajar dan mendidik. Misi utama guru adalah mencerdaskan bangsa ( bukan sebaliknya membodohkan masyarakat), mempersiapkan anak didik sebagai individu yang bertanggung jawab dan mandiri, bukan menjadikannya manja dan beban masyarakat.[11]

c. Aspek murid

Dalam karangan Az-Zarnuji Ta’limul Muta’allim bisa di kalsifikasikan bahwa ada enam hal persyaratan bagi murid yakni, modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan, ( Kesabaran ) dan kecerdasan.

F. Relevansi Konsep Pendidikan Az-Zarnuji Terhadap Pendidikan Kontemporer.

Berangkat dari pemikiran Konsep Pendidikan Az-Zarnuji kami akan mencoba menganalis relevansi terhadap pendidikan kontemporer sekarang ini.

Dari beberapa aspek diatas kami akan memberikan relevansinya terhadap pendidikan kontemporer pada saat-saat ini, seperti aspek guru, mereka memberikan sebuah pendapat bahwa guru paling tidak harus memiliki tiga kualifikasi dasar, yaitu menguasi materi, memiliki keperibadian yang luhur, dan penuh kasih sayang. Dengan demikian , ucapan , cara bersikap , dan tingkah laku seorang guru ditujukan agar seorang siswa bisa menjadi insan kamil, yakni sempurna dalam kecamata peradaban manusia dan sempurna dalam standar agama. Pandangan yang telah diterangkan Az-Zarnuji ini sangat relevan sekali jika diterapkan pada masa saat- saat ini. Karena guru diibaratkan sebagai ganti dari orang tua di dalam pencapaian dunia pendidikan.

Selanjutnya mengenai aspek metode, Az-Zarnuji memberikan metode yang sifatnya tehnik strategi mencakup cara memilih pelajaran, memilih guru, memilih teman dan langkah-langkah dalam belajar. Yang mungkin selama ini diabaikan dalam dunia pendidikan, harus diperkenalkan kembali. Dari pendapat ini kita aplikasikan terhadap pendidikan pada masa sekarang ini sangat relevan sekali.

Mengenai Aspek murid ada enam syarat bagi murid atau penuntut ilmu, yakni modal, semangat, waktu yang memadai, petunjuk guru, keuletan, (kesabaran) dan kecerdasan. Syarat-syarat ini sangat relevan sekali jika di miliki oleh seorang murid atau penuntut ilmu. Bahkan konsep ini juga di lembagakan oleh barat sehingga baratlah yang memetik hasilnya. Tidak mengherankan jika awal abad ini buku Ta’limul Muta’allim banyak di diterjemah ke dalam bahasa inggris.

G. Penutup

Demikianlah makalah ini kami buat, tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya, karena kami sebagai manusia yang tidak luput dari sifat kekurangan dan kelebihan, oleh karena itu kami membutuhkan kritikan yang konstruktif dari pembaca.

H. Daftar Pustaka

Az-Zarnuji, Syekh, Terjemahan Ta’lim Muta’alim, Bandung: Husaini

Marimbah, Ahmad, D. Drs., 1989, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung, Al-Ma’arif

Mas’ud, Abdurrahman. M.A., Ph. D., 2002, Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik(Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam),Yogyakarta: Gema Media

Nata, Abudin. Dr. H. MA., 2000, Pemikiran Para tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Grafindo Persada

Tafsir, Ahmad. Dr., 1994, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya

Yunus, Muhammad. Prof. DR. H., 1990, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT.Hidakarya Agung

Zuharini, 1992, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara



[1] Mahasiswa Jurusan Tarbiyah STAIN Samarinda Semester VI Angkatan 2004

[2] Dr. H. Abudin Nata. MA, Pemikiran Para tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2000), h. 103-104

[3] Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet. III, Jakarta: Bumi Aksara,1992), h. 7

[4] Dr. H. Abudin Nata, MA., Op.cit. h. 105-106

[5] Syekh Az-Zarnuji, Terjemahan Ta’lim Muta’alim, (Bandung: Husaini), h.33

[6] Prof. DR. H. Muhammad Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (cet VI, Jakarta: PT.Hidakarya Agung, 1990), h138

[7] Prof. DR. H. Muhammad Yunus, Ibid., h. 139

[8] Seykh Az-Zarnuji, Op.cit., h. 64

[9] Dr. Ahmad Tafsir , Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Cet. II , Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hal. 74

[10] Drs. Ahmad, D. Marimbah, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, Cet. VIII, 1989, hal. 34.

[11] Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph. D., Menggagas Format Pendidikan Nondikotomik, ( Humanisme Religius Sebagai Paradigma Pendidikan Islam ), (Yogyakarta: Gema Media, 2002) h. 194.

ANSUR ARSYAD

ANSUR ARSYAD
KKL

ANSUR

ANSUR
TAMU

ANSUR ARSYAD

ANSUR ARSYAD
bersama mahasiswa STAIN Kudus

Ansur

Ansur
Keribo

Ansur Arsyad

Ansur Arsyad
apa ya? ??

ANSUR ARSYAD

ANSUR ARSYAD
gak tau ah..

ANSUR ARSYAD

ANSUR ARSYAD
Diam aja

ANSUR ARSYAD

ANSUR ARSYAD
Ehemmm

KKL PPU

KKL PPU
ANSUR

BUKA PUASA BERSAMA

BUKA PUASA BERSAMA
ANSUR

ACARA PB

ACARA PB
ANSUR

SUMA

SUMA
ANSUR

PKL PPU

PKL PPU
ANSUR

TAMU

TAMU

KKL ppu

KKL ppu

buka puasa

buka puasa

sekolah ppu

sekolah ppu

pantai manggar

pantai manggar

sekolah SMP2

sekolah SMP2

moderator

moderator

tamu

tamu

jogia

jogia

pmii

pmii

semrang

semrang